Maret 2020, awal mula pembelajaran jarak jauh harus dilakukan karena kasus pasien positif COVID-19 di Indonesia meningkat setiap harinya. Rasanya kayak baru aja kemarin masih bisa pergi ke kampus, ketemu temen, duduk manis di kelas buat ngikutin kuliah, ke perpustakaan buat belajar, pergi ke kantin buat makan siang, bisa olahraga di luar, dan lain-lain. Tapi seketika itu juga tiba-tiba seluruh lapisan masyarakat diwajibkan untuk melakukan segala kegiatan normal mereka dari rumah, tak terkecuali mahasiswa. Bangun pagi buat ikut kelas, buka laptop, dan stand by HP. Kegiatan ini sudah menjadi kebiasaan baru dari bulan Maret kemarin hingga Juli saat tulisan ini dipublish.
Pada tanggal 28 Juni 2020 kemarin, terdapat sebuah artikel dengan judul berikut:
Artikel tersebut sempat didiskusikan dengan 5.136 pengguna platform Twitter pada sebuah akun @collegemenfess. Ternyata setelah membaca kolom replies, terdapat jawaban-jawaban seperti berikut:
Dengan beberapa potongan replies diatas, ternyata banyak juga mahasiswa yang merasa bertentangan dengan apa yang ditulis menjadi judul artikel tersebut, didukung dengan jumlah likes yang cukup banyak. Dalam pelaksanaan kuliah daring selama satu semester kemarin, tentu saja kita bisa merasakan kekurangan di sana sini karena kita melakukan itu tanpa ada kesiapan apapun dan harus bisa beradaptasi dengan waktu yang sangat singkat.
Salah satu yang sangat terasa ialah kehilangan proses belajar di kelas dengan media papan tulis dan bisa dijelaskan secara langsung oleh dosen. Pada pembelajaran secara daring, terkadang kita hanya diberi materi dalam bentuk power point dan tentu saja hal ini cukup membatasi ruang gerak belajar, misalnya tidak optimal dalam memberikan contoh pengerjaan pada suatu soal, khususnya dalam mata kuliah eksak.
Jika kuliah menggunakan platform lain yang dapat memfasilitasi video conference pun tetap tidak dapat terasa maksimal karena tidak bisa setiap saat menyalakan kamera pada PC ataupun HP karena cukup banyak menghabiskan kuota. Saat proses pembelajarannya pun keadaan mic harus dalam keadaan mati karena dikhawatirkan dapat menganggu dosen yang sedang menjelaskan. Jadi pada akhirnya kita hanya bisa mendengar dan menjawab:
"Waalaikumsalam, Pak/Bu"
"Baik Pak/Bu"
"Terimakasih Pak/Bu"
Kalau disuruh memilih pasti lebih pilih buat kuliah offline aja deh. Interaksi langsung dengan orang lain rasanya priceless banget! Tapi sangat disayangkan, kemungkinan besar kita masih harus melanjutkan kegiatan kuliah secara daring ini sampai akhir Desember.
Kalau kemarin masih ngerasa pembelajarannya kurang maksimal karena gak ada waktu persiapan yang banyak, mungkin pihak kampus saat ini memiliki jangka waktu yang lebih untuk bisa maksimal dalam menyiapkan pembelajaran daring satu semester kedepan. Selain itu, semoga pihak kampus dapat memfasilitasi subsidi kuota, karena kondisi ekonomi setiap mahasiswa berbeda-beda.
Mau gak mau kita harus bisa beradaptasi, terlebih pada masa seperti sekarang ini
Semoga lekas normal kembali.
#BerpikirSebelumBerpendapat
#OSKMITB2020
#TerangKembali
P.S Tulisan ini dibuat untuk memenuhi Challenge 2: Kebebasan Yang Dibangun Atas Realitas Bersama, Diklat Terpusat OSKM ITB 2020.
Komentar
Posting Komentar